BPR Intidana memberikan Pelayanan yang Cepat, Mudah, dan Aman

artikel

Pentingnya Kewaspadaan terhadap Bahaya Ketergantungan dalam Sebuah Bank

Mengutip Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri dalam KONTAN, 20 Maret 2023.

Jakarta 20 Maret 2023, Tepat satu minggu yang lalu dunia dikejutkan dengan jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB). Jatuhnya SVB ini bahkan diikuti oleh Signature Bank dan Silvergate Bank yang berspesialisasi pada mata uang kripto.

Ilustrasi Mata Uang Kripto (Unsplash.com/traxer)

Kejatuhan SVB merupakan contoh konkret atas bahaya tinggi ketergantungan dalam sebuah bank terhadap aset maupun liabilitas. Tingkat ketergantungan terhadap satu portofolio atau nasabah bisa berisiko saat lingkungan bisnis berubah ekstrem.

baca lagi: Menakar Penyebab Kebangkrutan SVB (Silicon Valley Bank)

Faktor-faktor yang mendorong dapat berasal dari perubahan kebijakan fiskal dan moneter yang agresif, teknologi yang berubah cepat, kondisi geopolitik, dan faktor non ekonomi yang sulit terprediksi (pandemi).

Lantas bagaimana kemungkinan efeknya bagi sektor finansial negara berkembang seperti Indonesia?

Menurut Andri, Perbankan di Indonesia sangat kuat dan tidak terdampak besar. Beberapa indikatornya antara lain:

  1. Reaksi pasar pasca collapsnya SVB dsb adalah harapan akan The Fed tidak lagi agresif menaikan suku bunga acuannya, artinya BI kemungkinan juga tidak menaikan suku bunga acuannya.
  2. Current Account (CA = neraca transaksi berjalan) Indonesia sudah positif di tahun 2022, kemungkinan akan defisit kecil, yaitu dikisaran dibawah -0,5% di 2023.
  3. Kondisi Perbankan Indonesia masih solid. Liquidity Coverage Ratio (LCR*) Indonesia pada 2022 mencapai 220, lebih tinggi dari bank-bank di ASEAN, AS, dan Eropa yang rata-rata hanya 150.

Catatan : *LCR = perbandingan antara High Quality Liquid Asset dengan total arus kas keluar bersih (net cash outflow) selama 30 (tiga puluh) hari ke depan dalam skenario stres.

  1. Indikator Kecukupan Modal (CAR= Capital Adequacy Rate) Perbankan Indonesia tinggi, sebesar 25,9% jauh meninggalkan negara berkembang lain, yang rata-rata di bawah 20%.

Namun kita tetap perlu waspada bahwa situasi masih sangat rentan akan gejolak di sektor keuangan, dan bersyukur BPR Intidana penyaluran kredit tidak terkonsentrasi di satu bidang industri.

BPR Intidana, Cepat Mudah Aman
———————————
Sumber: KONTAN, (20/3).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top