Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat, 10 Maret 2023 menjadi kegagalan lembaga keuangan bank yang terbesar di AS sejak krisis finansial tahun 2008 lalu. Sebagai informasi, SVB merupakan sebuah bank di Silicon Valley, California, Amerika Serikat yang berfokus pada pembiayaan kredit di sektor teknologi dan teknologi kesehatan.
Dalam Kontan (13/3), SVB gagal mendapatkan permodalan yang berujung pada anjloknya harga saham hingga -60%, kejadian ini membuat otoritas berwenang di Amerika Serikat menutup operasional SVB.
Mayoritas nasabah SVB merupakan perusahaan teknologi dan startup yang terpukul akibat kenaikan suku bunga The Fed. Suku bunga yang tinggi ini membuat perusahaan-perusahaan startup kesulitan mencari dana sehingga menarik simpanan di SVB untuk kebutuhan operasional.
Berdasarkan Wawancara penulis dengan Komisaris Utama BPR Intidana Sukses Makmur, Bapak Handy Widjaja
- Mayoritas pendanaan SVB diberikan oleh Perusahaan di Sektor Teknologi dan Perusahaan Modal Ventura / Venture Capital Companies.
Sejak Tahun 2021, perusahaan Modal Ventura kesulitan mencari investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan teknologi akibat masyarakat yang masih berhati-hati pasca pandemi Covid-19.
Di sisi lain, perusahaan teknologi skala kecil hingga menengah (startup) membutuhkan suntikan dana akibat keuangannya yang kurang baik. - Akibatnya, Perusahaan Permodalan Ventura terpaksa menarik dana yang disimpan pada SVB secara bertahap agar tetap dapat memberikan pembiayaan kepada perusahaan startup teknologi.
Perusahaan startup teknologi yang menempatkan dananya di SVB juga menarik dana untuk kebutuhan operasionalnya. - Kenaikan suku bunga The Fed membuat nilai dari aset SVB pada obligasi T Bills bernilai negatif, sedangkan SVB harus menjual aset pada obligasi tersebut dengan nilai rugi untuk menjalankan biaya operasional.
- Kerugian dari penjualan Obligasi T Bills dengan harga jual yg turun ditambah dengan naiknya suku bunga The Fed membuat peminjam SVB kesulitan membayar cicilan, menyebabkan kerugian SVB terus bertambah dan terus mengerus modalnya.
Mengapa SVB tidak ‘mengambil alih’ saja aset peminjamnya?
Mayoritas jaminan yang diberikan oleh Perusahaan Startup Teknologi dan Perusahaan Permodalan di Amerika Serikat berupa saham perusahaan yang diinvestasikan, ditambah dengan kinerja perusahaan tersebut yang tidak baik mengakibatkan nilai saham dari perusahaan peminjam bernilai negatif. Sangat sedikitnya fixed assets yang diterima oleh SVB mengakibatkan SVB tidak dapat mempertahankan asetnya.
baca lainnya: Rapat Kerja 2023 BPR Intidana Sukses Makmur mengusung tema “Quantum Leap to be BPR 10 T”
Lantas apa dampaknya pada bank domestik di Indonesia?
Kepala Esekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam Kontan (16/3) menyebutkan bahwa kasus SVB tidak bertampak langsung kepada bank-bank di Indonesia karena bank di tanah air tidak mempunyai hubungan bisnis, facility line, maupun investasi pada produk sekuritas SVB.
Tambahnya, Bank domestik di Indonesia tidak menyalurkan kredit dan melakukan investasi ke perusahaan berbasis teknologi dan kripto. Namun efek domino kejatuhan bank di Amerika Serikat tetap harus diwaspadai perbankan, tulis Selvi di Kontan (16/3).
BPR Intidana Sukses Makmur, Cepat Mudah Aman